Tanah Tercemar
(Sumber: Bustomi, 2020)
Dewasa ini, banyak kegiatan manusia yang dapat menimbulkan limbah, baik limbah domestik, limbah industri, maupun limbah pertanian. Masuknya bahan kimia yang dibuat oleh manusia ke dalam tanah yang masih alami dan dapat merubah lingkungan tanah alami disebut pencemaran tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah akan membuat bahan kimia terendap di dalam tanah dan dapat menimbulkan beberapa dampak negatif seperti membahayakan makhluk hidup yang ada di dalam atau permukaan tanah, merusak struktur dan tekstur tanah, merusak kualitas air, dan sulitnya tanaman untuk tumbuh. Oleh karena krusialnya fungsi tanah, maka penting untuk dilakukan remediasi.
Remediasi dengan tanaman
(Fitoremediasi)
(Sumber: Sanjaya, 2011)
Remediasi
adalah upaya untuk membersihkan permukaan tanah yang telah tercemar (Muslimah,
2015). Salah satu metode yang sering digunakan untuk memperbaiki tanah yang
tercemar adalah fitoremediasi. Fitoremediasi merupakan segala sesuatu yang
meliputi penggunaan tanaman guna memperbaiki kerusakan tanah (Chaney et al., 2010).
Mekanisme fitoremediasi
(Sumber: Tangahu et al., 2011)
Terdapat beberapa teknik yang
digunakan untuk fitoremediasi menurut Handayanto et al., (2017), yaitu:
- Fitoekstraksi
Merupakan
proses tumbuhan menyerap zat pencemar dari tanah dan terakumulasi di sekitar
perakaran. Fitoekstraksi mengacu pada penyerapan dan translokasi unsur logam
pencemar tanah oleh tanaman yang dapat menyerap unsur logam dalam jumlah besar
yang disebut hiperakumulator.
- Fitofiltrasi (rhizofiltrasi)
Adalah
penggunaan akar tanaman untuk menyerap bahan pencemar, terutama logam dari
tanah. Pada teknik ini, bahan pencemar akan diserap ke dalam akar tanaman.
Sebelum digunakan sebagai fitoremediasi, tanaman akan diaklimatisasi terlebih dahulu agar sesuai dengan kondisi
lingkungan yang tercemar.
- Fitostabilitasi
Disebut
juga fitomobilisasi, yaitu penggunaan tanaman untuk membatasi mobilitas dan
akumulasi bahan pencemar di lingkungan, sehingga mencegah bahan pencemar masuk
ke dalam tanah atau ke dalam rantai makanan. Pada fitostabilitasi, tanaman akan
mengeluarkan enzim redoks khusus untuk mengkonversi logam berbahaya menjadi
bentuk yang relatif kurang beracun sehingga mengurangi kemungkinan tanaman
rusak akibat cekaman logam.
- Fitovolatilisasi
Tumbuhan
akan menyerap zat beracun dan mengkonversi dan melepaskan zat yang sudah tidak
relatif beracun ke atmosfer melalui penguapan dari daun. Akan tetapi, teknik ini tidak sepenuhnya tepat
untuk menghilangkan zat
pencemar karena suatu saat zat pencemar yang dilepaskan ke atmosfer dapat
kembali lagi ke tanah.
- Fitodegradasi
Tumbuhan
mendegradasi bahan pencemar organik dengan bantuan enzim dehalogenase dan
oksigenase, tetapi tidak bergantung pada mikroorganisme rhizosfer. Tumbuhan
akan mengakumulasi xenobiotik organik dari lingkungan tercemar dan
mendetoksifikasi melalui metabolisme tanaman. Fitodegradasi hanya dapat menghilangkan zat pencemar organik karena logam berat
tidak bisa didegradasi secara biologi.
Mekanisme
rizofiltrasi, fitotransformasi dan
fitovolatilisasi
tanaman dalam menyerap polutan
(Sumber: Aken et al., 2010)
Jenis
Tanaman Fitoremediasi
(Sumber:
Pratama, 2018)
Tanaman
yang banyak digunakan untuk keperluan fitoremediasi merupakan tanaman
hiperakumulator. Menurut (Rondonuwu, 2014) beberapa tanaman yang dapat
digunakan untuk keperluan fitoremediasi adalah:
-
Thlaspi
calaminare
untuk seng (Zn)
-
Thlaspi
caerulescens
untuk kadmium (Cd)
-
Aeolanthus
biformifolius
untuk tembaga (Cu)
-
Phylanthus
serpentines untuk nikel (Ni)
-
Haumaniastrum
robertii
untuk kobalt (Co)
-
Astragalus
racemosus
untuk selesium (Se)
-
Alyxia
rubricaulis
untuk mangan (Mn)
Penerapan fitoremediasi
(Sumber: kumala92.wordpress, 2013)
Metode
fitoremediasi mempunyai beberapa keunggulan. Menurut Muslimah (2015), kelebihan
dari remediasi menggunakan tanaman atau fitoremediasi adalah:
-
Biaya operasional lebih murah
-
Tanaman dapat digunakan sebagai
bahan bakar
-
Pencemaran dalam tanah berkurang
secara alamiah
-
Perbaikan tanah karena aktivitas
akar
-
Tanah kembali subur
-
Tanaman hiperakumulator tidak perlu
nutrisi tinggi dan mudah beradaptasi
Sedangkan menurut Herlambang &
Surati (2018) kelebihan fitoremediasi
lainnya adalah:
-
Mencegah migrasi pencemar
-
Penyedia karbon organik sehingga
baik bagi mikroba yang juga membantu remediasi
-
Penyedia oksigen bagi mikroba
-
Mencegah erosi dan penguapan bahan
pencemar
Aken,
B. V., P. A. Correa., and J. L. Schnoor. 2010. Phytoremediation of
polychlorinated biphenyls: New Trends and Promises. Environmental Science &
Technology 44 (8): 2767–2776.
Bustomi,
M. I. 2020. Pencemaran Tanah: Dampak dan Solusi. https://amp.kompas.com/.
Diakses tanggal 17 September 2021.
Chaney,
R. L., C. L. Broadhurst., and T. Centofanti. 2010. Trace elements in soil. John
Wiley & Sons Publisher. Chichester.
Handayanto,
E., Y. Nuraini, N. Muddarisna, N. Syam, dan A. Fiqri. 2017. Fitoremediasi dan
Phytomining Logam Berat Pencemar Tanah. UB Press, Malang.
Herlambang,
A. dan T. Suryati. 2018. Teknologi fitoremediasi untuk pemulihan lahan tercemar
minyak. Prosiding Seminar
Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan : 115-124.
Kumala92.wordpress.
2013. Fitoremediasi. https://kumala92.wordpress.com/fitoremediasi/. Diakses 17 September 2021.
Muslimah.
2015. Dampak pencemaran tanah dan langkah pencegahan. Agrisamudra: Jurnal
Penelitian. 2(1): 11-20.
Pratama,
R. P. 2018. Fitoremediasi. https://www.gesi.co.id/fitoremediasi/. Diakses tanggal 17 September 2021.
Rondonuwu,
S. B. 2014. Fitoremediasi limbah merkuri menggunakan tanaman dan sistem
reaktor. Jurnal Ilmiah Sains 14 (1): 52-59.
Sanjaya,
A. A. 2011. Fitoremediasi (Phytoremediation). http://alitadisanjaya.blogspot.com.
Diakses pada 17 September 2021.
Tangahu,
B. V., S. Abdullah., S. R. Basri., H. Idris., M. Anuar., dan Mukhlisin. 2011. A
review on heavy metals (As, Pb, and Hg) uptake by plants through
phytoremediation. International Journal of Chemical Engineering: 1–31.
0 Komentar