Recents in Beach

June Edition - Tanah Mineral yang Terbentuk Akibat dari Perbedaan Sifat Bahan Induk

Tanah Mineral

Tanah terbentuk dari proses perubahan batuan induk menjadi bahan induk yang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara iklim, relief, organisme, dan waktu. Proses pembentukan tanah berlangsung dengan berbagai reaksi fisik, kimia, dan biologi. Reaksi ini menghasilkan sifat-sifat tanah yang dapat menjalankan fungsi-fungsi tertentu seperti mengubah bahan mentah menjadi bahan induk tanah, mengubah bahan induk tanah menjadi bahan penyusun tanah, dan menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh tanah (Bali et al., 2018).

Pada dasarnya, tanah mineral dapat terbentuk akibat dari adanya beberapa faktor.Tanah mineral dapat terbentuk akibat dari faktor aktivitas manusia, salah satunya yaitu tanah mineral jenis Anthorosols. Lalu, faktor dari kondisi topografi dan fisiografijuga dapat menyebabkan terbentuknya tanah mineral seperti Fluvisols, Gleysols, Leptosols, dan Regosol.Tanah mineral juga dapat terbentuk karena proses pedogenesis yang terbatassehingga menghasilkan jenis tanah mineral misalnyaCambisols.Suhu tinggi dan lembab di daerah tropis dan subtropis juga dapat membentuk tanah mineral jenis Plinthosols, Ferrasols, Nitisols, Acrisols, Alisols, dan Lixisols.Tanah mineral juga dapat terbentuk akibat perbedaan sifat bahan induk. Tanah mineral yang terbentuk akibat perbedaan sifat bahan induk ini contohnya yaitu Andosols, Arenosols, dan Vertisols.

Bahan induk tanah mineral dapat berasal dari batuan vulkanis, pasir, dan jenis mineral lempung yang dapat mengembang dan menyusut. Tanah yang terbentuk dari bahan induk yang berasal daribatuan vulkanis misalnya yaitu tanahAndosols, kemudian tanah yang terbentuk dari bahan induk berpasir contohnya jenis tanahArenosols, dan tanah yang didominasi mineral lempung yang dapat mengembang dan menyusut contohnya jenis tanahVertisols. Berikut merupakan penjelasan mengenai tanah mineral yang terbentuk akibat perbedaan sifat-sifat bahan induknya.

1. Andosols


 

Tanah Andosol

(Sumber: Sukarman dan Dariah., 2014)

Tanah ini merupakan tanah yang memiliki horizon pencirivirtik atau andik pada kedalaman 25 cm atau lebih dari permukaan tanah. Selain itu, tanah ini memiliki horizon permukaan berupa melanik, mollik, umbrik, atau okrik, dan horizon bawah berupa kambik. Tanah Andosols tersebar seluas 110 juta ha di sekeliling gunung berapi lingkaran pasifik mulai dari utara dan tengah Amerika, Andes,Selandia Baru,Indonesia, Jepang, Afrika Barat, dan Afrika Tengah. Tanah ini terbentuk dari proses pelapukan cepat dari bahan piroklastik yang mengandung glas vulkan (Fiantis, 2015).

Tanah Andosol memiliki warna hitam kelam, sangat porous, mengandung bahan organik dan lempung tipe amorf, terutama alofan serta sedikit silika, alumina atau hidroxida-besi. Tanah yang terbentuk dari abu vulkanik ini umumnya ditemukan didaerah dataran tinggi (>400 m di atas permukaan laut)(Darmawijaya, 1990).Tanah Andosol adalah tanah yang terjadi dari pelapukan batu-batuan vulkanis, baik dari batu yang telah membeku, maupun dari abu gunung api. Salah satu ciri tanah Andosol adalah berwarna merah kecoklatan hingga hitam kelam. Tanah Andosol sangat cocok untuk daerah pertanian dan perkebunan (Koshim & Marlina, 2007).

Proses pembentukan tanah yang utama pada Andosol adalah pelapukan dan transformasi (perubahan bentuk). Proses pemindahan bahan (translokasi) dan penimbunan bahan-bahan tersebut di dalam solum sangat sedikit. Akumulasi bahan organik dan terjadinya kompleks bahan organik dengan Al merupakan sifat khas pada beberapa Andosol (Hardjowigeno, 1993). Tanah Andosol mengandung unsur hara yang cukup tinggi yang berasal dari abu letusan gunung api,sehingga tanah jenis ini sangat baik untuk ditanami tanaman budidaya. Sebagian besar daerah yang pernah terkena musibah gunung meletus, memiliki tanah yang akan lebih subur daripada sebelumnya. Tanah andosol juga mengandung bahanorganik yang banyak ditemui pada lapisan tengah dan atas, sedangkan pada tanah yang berada di lapisan bawah, kandungan organik maupun unsur hara cenderung sedikit. Dengan kandungan bahan organik yang cukup tinggi,tanah ini mampu mengikat air dalam jumlah yang cukup tinggi.

2. Arenosols



Bentang Alam Tanah Arenosols
(Sumber: Fiantis, 2015)

Tanah jenis ini memiliki tekstur yang lebih kasar dari lempung berpasir sampai kedalaman kurang lebih 100 cm dari permukaan tanah. Tanah ini memiliki horizon permukaan berupa okrik, sementara horizon bawah berupa albik, plinthic,petroplinthik dan salik. Tanah Arenosols tersebar seluas 900 juta ha di gurun pasir Kalahari dan Sahara di wilayah Afrika, Australia, dan Amerika Selatan (Fiantis, 2015).



Distribusi Tanah Arenosols
(Sumber : Fiantis, 2015)

Arenosols terbantuk dari proses pelapukan bahan induk yang berbentuk kasar dan akumulasi bahan organik yang rendah serta berada pada wilayah yang memiliki iklim yang sangat kering dan panas sehingga mengakibatkan pelapukan batuan dan bahan induk yang relatif lambat (Fiantis, 2015).

3. Vertisols 

Penampang Tanah Vertisol
(Sumber: Prasetyo, 2007)

Tanah vertisolsmemiliki warna abu-abu gelap hingga kehitaman, bertekstur lempung,memilikislickenside dan rekahan yang secara periodik dapat membuka dan menutup. Tanah Vertisols umumnya terbentuk dari bahan sedimen yang mengandung mineral smektit dalam jumlah tinggi yang terdapat pada daerah datar, cekungan hingga berombak (Driessen and Dudal, 1989).Pembentukan tanah Vertisols terjadi melalui dua proses utama, pertama adalah proses terakumulasinya mineral 2:1 (smektit), dan yang kedua adalah proses mengembang dan mengkerut yang terjadi secara periodik sehingga membentuk slickenside atau relief mikro gilgai (van Wambeke, 1992). Akibat dominasi mineral lempung smektit yang memiliki sifat mengembang jika jenuh air dan akan mengerut jika kekurangan air, maka Vertisols akan ikut mengembang dan lengket pada saat musim hujan serta menjadi keras dan retak retak pada waktu musim kering.

Komposisi mineral lempung dari Vertisols selalu didominasi oleh mineral 2:1 seperti monmorilonit, dan mineral lempung lainnya seperti illit dan kaolinit yang dijumpai dalam jumlah yang sedikit (Ristori et al., 1992). Komposisi mineral fraksi pasir pada tanah Vertisols bervariasi, beberapa pedon (P2 dan P6) kaya akan kandungan mineral mudah lapuk seperti andesin, amfibol, orthoklas, sanidin, dan beberapa pedon lainnya didominasi oleh mineral resisten seperti kuarsa dan opak (P4 dan P5) (Prasetyo, 2007).

Tanah jenis Vertisols memiliki horizon permukaan berupa ochric dan mollik, sementara pada horizon bawah permukaan berupa horizon vertic, argillic,kalsik, natrik, dan lain lain kecuali horizon kambik,oksik, dan kandic. Vertisols banyak dijumpai di daerah semi-arid tropis dengan curah hujan tahunan antara 500 – 1000 mm ataupun di daerah tropis basah dengan curah hujan >3000 mm dengan bahan induk yang kaya akan mineral dari kelompok smektit,seperti di wilayah India, Sudan, Ethiopia, Trinidad, Australia, negara bagian Texas di Amerika Serikat, Uruguay, Paraguay, dan Argentina.

Vertisols tersebar seluas 335 juta hektar dan 150 juta hektarnya merupakan lahan yang sangat potensial untuk pertanian.Proses pembentukan Vertisol sangat dipengaruhioleh keadaan iklim terutama curah hujan dan terdapatnya musim kering setiap tahun.  Sebaliknya jika curah hujan tinggi akanmeningkatkan intensitas  pelindihan  (leaching) dari  kation-kation  basa  yang  terdapat  pada  mineral  smektit  sehingga mineral ini cepat mengalami pelapukan.  Terjadinya perubahan kondisi basah dan kering yang bergantian sepanjang tahun, maka pada bentang alam dengan jenis tanah. Vertisols akan terbentuk kondisi mikro topografi (relief) berupa cekungan dan gundukan tanah.  Kondisi mikro topografi yang bergelombang ini disebut dengan gilgai (Fiantis, 2015).


Referensi:

Bali, I., A. Ahmad., dan C. Lopulisa. 2018. Identifikasi mineral pembawa hara untuk menilai potensi kesuburan tanah. Jurnal Ecosolum. 81-100.

Darmawijaya. 1990. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Driessen, P. M., and R. Dudal (Eds). 1989. Lecture notes on the geography, formation, properties, and use of the major soils of the world. Agricultural University, Wageningen.

Fiantis, D. 2015. Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Lembaga Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Universitas Andalas.

Hardjowigeno, S. 1993. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika Pressindo. Jakarta.

Koshim, A., dan K. Marlina Lubis. 2007. Geografi SMA/MA Kls X (Diknas). Penerbit Grasindo. Jakarta.

Prasetyo, B. H. 2007. Perbedaan sifat tanah-tanah Vertisol dari berbagai bahan induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 9(1); 20-31.

Ristori, G. G., E. Sparvalie, M. deNobili, and L. P. D’Aqui. 1992. Characterization of organic matter in particle size fractions of Vertisols. Geoderma. 54: 295-305.

Sukarman., dan Dariah, A. 2014. Tanah Andosol Di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor

Van Wambeke, A. 1992. Soil of the Tropics. Properties and Appraisal. McGraw-Hill. Inc, New York.

Posting Komentar

0 Komentar