Seiring dengan pertumbuhan jumlah
manusia maka kebutuhan akan hasil pertanian juga semakin meningkat. Guna
mengatasi hal tersebut salah satunya perlu dilakukan optimalisasi dan
pembenahan lahan pertanian. Biochar saat ini telah menjadi fokus perhatian penting
bagi para ilmuwan tanah dan lingkungan karena dapat dimanfaatkan sebagai suatu
pilihan selain sumber bahan organik segar dalam proses pengelolaan tanah yang
bertujuan untuk pemulihan dan peningkatan kualitas kesuburan tanah terdegradasi
atau tanah lahan pertanian kritis yg berkembang. Hasil pengamatan di Amazon, Brazil menunjukkan fokus perhatian
internasional dalam pemanfaatan biochar sebagai pembenah tanah pertanian
(Glaser, 2001 cit. Tambunan et al., 2014).
Biochar adalah bahan padatan kaya karbon yang terbentuk karena proses pembakaran bahan organik atau biomassa tanpa atau dengan sedikit oksigen (pyrolisis) pada temperatur 250-500°C. Biochar berbeda dengan bahan organik karena biochar sifatnya stabil selama ratusan hingga ribuan tahun bila dicampur ke dalam tanah dan mampu mensekuestrasi karbon dalam tanah (Lehmann 2007; Renner 2007; Fraser 2010. cit Nurida, 2014). Biochar bukan termasuk pupuk namun berperan untuk membenahi tanah (Balittanah, 2021).
Gambar 1. Biochar yang telah jadi
Sumber : Website ichi.pro
Pemanfaatan biochar sebagai pembenah
tanah dan sumber energi, yang perlu dikembangkan secara lebih luas untuk
meningkatkan kesuburan tanah dengan perbaikan kapasitas tukar kation (KPK) dan
retensi hara sehingga terjadi peningkatan produktivitas lahan (Katharina et al., 2013 cit Herlambang et al,
2017). Aplikasi biochar ke tanah juga dapat meningkatkan penyerapan C dan
kualitas tanah (Smith et al., 2010 cit Herlambang et al, 2017), meningkatkan ketersediaan kation tanah dan posfor,
total N dan kapasitas tukar kation tanah (KPK) yang pada akhirnya meningkatkan
hasil karena dapat mengurangi risiko pencucian hara khususnya kalium dan N-NH4
(Bambang, 2012 cit Herlambang et al, 2017), serta menurut (Lehmann,
2007 cit Herlambang et al, 2017), semua bahan organik yang
ditambahkan kedalam tanah nyata meningkatkan berbagai fungsi tanah tak
terkecuali retensi dari berbagai unsur hara esensial bagi pertumbuhan tanaman.
Biochar berasal dari limbah tanaman (Widyantika & Prijono, 2019). Selain itu, biochar biasanya juga dapat berupa hasil panen yang sulit lapuk (Dariah & Nurida, 2012). Bahan baku pembuatan merupakan residu biomassa yang kaya jaringan lignin termasuk potongan kayu, tempurung kelapa, tandan kelapa sawit, tongkol jagung, sekam padi atau kulit buah kacang-kacangan, kulit-kulit kayu, sisa-sisa usaha perkayuan, serta bahan organik yang berasal dari sampah dan kotoran hewan.
Gambar 2. Bahan baku biochar
Sumber : website Balittanah
Biochar termasuk arang hayati dengan
kandungan karbon hitam yang berasal dari biomassa, proses pembuatan biochar
adalah dengan pembakaran pada temperatur <700°C pada kondisi oksigen yang
terbatas menghasilkan bahan organik dengan konsentrasi karbon 70-80% (Lehmann,
2007; Woolf et al. 2010 cit. Herlambang et al., 2017).
Gambar 3. Proses pembuatan biochar
Sumber : website Balittanah
Terdapat 3 metode dalam pembuatan biochar:
- Metode Kontiki
Gambar 4. Pembuatan biochar metode
kontiki
Sumber : (Nurida et al., 2015)
- Metode Drum
Gambar 5. Contoh drum untuk
pembuatan biochar drum
Sumber : (Nurida et al., 2015)
- Metode soil-pit (metode
tradisional)
Gambar 6. Pembuatan biochar dengan
metode soil-pit (metode tradisional)
Sumber : (Nurida et al., 2015)
Sebelum biochar diaplikasikan ke
lahan, biochar dihaluskan kemudian ditimbang sesuai kebutuhan. Aplikasi biochar
di lahan dengan cara menyebarkan biochar pada setiap bedengan dalam bentuk
larikan. Kemudian larikan ditutup kembali dengan tanah. Biochar diberikan 1
minggu sebelum tanam (Verdiana & Sumarni, 2016).
Referensi:
Balittanah. 2021. Biochar pembenah
tanah yang potensial. https://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/en/berita-terbaru-topmenu-58/1290-biochar1. diakses 6 Juni 2021.
Dariah, A. dan N. R. Nurida. 2012. Pemanfaatan biochar untuk
meningkatkan produktivitas lahan kering beriklim kering. Buana Sains 12 :
33-38.
Herlambang, S., S. Rina., A. Z.
Purwono., dan H. T. Sutiono. 2017. Petunjuk Teknis Pembuatan Biochar dengan
Sistem Selongsong Putar. Gedang Media Aksara, Yogyakarta.
Ichi.pro. 2021. Biochar sekam padi
dengan mikroba menguntungkan: Inokulan pertanian dan pembenah tanah yang
menjanjikan. https://ichi.pro/id/biochar-sekam-padi-dengan-mikroba-menguntungkan-inokulan-pertanian-dan-pembenah-tanah-yang-menjanjikan-113465693601072. Diakses 6 Juni 2021.
Nurida, N. L. 2014. Potensi
Pemanfaatan Biochar untuk rehabilitasi lahan kering di Indonesia. Jurnal
Sumberdaya Lahan Edisi Khusus. 57-68.
Nurida, N. L., A. Rachman., dan S.
Sutono. 2015. Biochar pembenah tanah yang potensial. IAARD Press. Jakarta.
Tambunan, S., B. Siswanto., & E. Handayanto. 2014.
Pengaruh aplikasi bahan organik segar dan biochar terhadap ketersediaan P dalam
Tanah di lahan kering Malang Selatan. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan. 1(1) :
85-92.
Verdiana, M. A. dan H. T. S. T.
Sumarni. 2016. Pengaruh berbagai dosis biochar sekam padi dan pupuk NPK
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (Zea mays L.). Jurnal Produksi Tanaman 4 : 611-614.
Widyantika, S. D. dan S. Prijono.
2019. Pengaruh biochar sekam padi dosis tinggi terhadap sifat fisik tanah dan
pertumbuhan tanaman jagung pada Typic kanhapludult. Jurnal Tanah dan Sumber
Daya Lahan 6 : 1157-1163.
0 Komentar