BAHAN INDUK
TANAH
Bahan induk merupakan bahan asal
pembentuk tanah. Sebagian sifat-sifat tanah
akan ditentukan oleh sifat-sifat bahan induk asalnya. Tanah yang baru
terbentuk, memiliki sifat yang dekat dengan sifat bahan induknya. Sebaliknya,
pada tanah yang telah berkembang lanjut, sifat-sifat bahan induk masih dapat
dilihat. Asal bahan induk utama tanah adalah batuan. Selain itu terdapat bahan
induk organik yang akan membentuk tanah gambut. Karakteristik utama batuan yang
mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah sifat fisik batuan (struktur dan
tekstur batuan) dan sifat kimia batuan (komposisi kimia dan mineral batuan).
Batuan yang kompak atau keras (seperti batuan beku) akan melapuk lebih lambat
dari batuan yang lepas-lepas atau lunak
(seperti batuan sedimen). Batuan yang bersifat masam umumnya akan mengalami
pelapukan dan perkembangan yang lebih cepat dari batuan yang bersifat basa.
Bahan induk tanah terutama berasal dari batuan dan sering disebut batuan induk
(dalam profil tanah diberi simbol R = rock).
Bahan induk lain dapat berasal dari bahan mineral yang bersifat tidak
padu dan bahan induk organik. Batuan merupakan suatu padatan masif tersusun
dari satu atau beberapa mineral. Secara umum batuan dibagi ke dalam tiga
kelompok, yaitu batuan beku, batuan endapan (sedimen), dan batuan metamorf
(metamorfosa).
1.
Batuan Beku
Batuan beku berasal dari pembekuan cairan magma. Diperkirakan batuan beku
menyusun 95% dari kerak bumi. Ciri penting dari batuan beku adalah tekstur dan
komposisinya. Tekstur batuan beku ditentukan oleh kecepatan pendinginan magma
cair sebagai bahan asalnya. Pendinginan yang lambat, jauh di dalam bumi,
menghasilkan ukuran kristal yang kasar tekstur yang juga kasar sehingga
kasatmata. Sebaliknya, pendinginan yang
sangat cepat, misalnya pada aliran lava, menghasilkan tekstur yang halus. Jenis
batuan beku ditentukan oleh banyaknya kandungan unsur Si, Al, Fe, Ca, Na, K dan
Mg. Jika banyak mengandung unsur Fe, Mg,
Ca, dan Si, batuan beku yang terbentuk adalah gabro dan peridotit. Jika banyak mengandung Si, Al, K dan Na,
batuan beku yang terbentuk adalah granit. Batuan beku dikategorikan sebagai
batuan masam atau basa berdasarkan kandungan SiO2. Semakin tinggi kandungan
SiO2 semakin masam batuan tersebut.
Batuan masam banyak mengandung K, Na dan Al, dan berwarna pucat, contohnya
granit. Sebaliknya batuan basa banyak
mengandung Fe, Ca dan Mg, dan berwarna kelam, contohnya gabro, diabas dan
basalt. Batuan basa lebih mudah melapuk
dari batuan masam.
2.
Batuan Sedimen
Batuan ini terbentuk dari bahan mineral yang di transportasi dan diendapkan
oleh air, angin atau es di berbagai permukaan bumi, selanjutnya mengalami
pemadatan dan pengerasan. Batuan endapan
hanya menyusun sekitar 5% kerak bumi, tetapi menutupi sekitar 75% permukaan
daratan bumi. Dalam hal ini, batuan beku
menutupi atau berada di atas batuan beku dan batuan metamorfosa. Lingkungan di
mana bahan yang di transportasi oleh air, angin atau es dapat berupa lingkungan
daratan, lautan, dan peralihan keduanya. Berikut secara lengkap lingkungan
tempat pengendapan bahan.
Terdapat
berbagai cara untuk mengelompokkan batuan endapan. Jenis batuan endapan dapat
dikelompokkan menjadi 4 berdasarkan wujud bahan yang diendapkan, yaitu:
a. endapan
klastik;
b. endapan
kimia;
c. endapan
organik; dan
d. endapan
piroklastik.
Batuan endapan klastik berasal dari partikel-partikel padatan yang
terangkut dan terendapkan, kemudian mengeras.
Atas dasar ukuran partikel penyusunnya, maka batuan endapan klastik
dibedakan menjadi konglomerat (partikel penyusun paling kasar), batu pasir
(sandstone), batu debu, shale, dan batu liat (partikel penyusun paling
halus). Batuan endapan kimia berasal
dari bahan yang agak terlarut sampai sangat terlarut dalam air, mengalami
presipitasi, lalu mengeras. Contoh utama
dari kelompok ini adalah berbagai batuan kalsium karbonat (kalsit), magnesium
karbonat, dolomit, batu silika (chert dan flint), batu besi (hematit dan
siderit), dan berbagai garam klorida dan sulfat dari Na, K dan Mg. Berbagai
batuan karbonat, terutama kalsit disebut sebagai batu kapur (limestone).
Endapan organik tersusun dari bahanbahan yang berasal dari jaringan jasad
hidup. Batuan endapan organik dapat
berupa batuan endapan organik berkapur (shell-sand, coral reef), batuan endapan
organik bersilikat (diatomae, jasper, chert), dan batuan endapan organik
berkarbon (batu bara). Endapan piroklastik berasal dari abu volkanik, contohnya
gelas volkan.
3.
Batuan
Metamorf
Batuan ini berasal dari batuan beku atau sedimen yang mengalami perubahan
bentuk karena adanya perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi. Oleh karena
suhu dan tekanan yang tinggi ini, kristal penyusun batuan tersebut mengalami
rekristalisasi sehingga terbentuk batuan baru.
Berbagai kondisi lingkungan juga mempengaruhi pembentukan batuan
metamorf, di samping perbedaan tekanan dan suhu. Namun demikian, batuan
metamorf dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. batuan metamorf berlembar (foliated); dan
b. batuan metamorf tidak berlembar.
Struktur berlembar (foliated) terjadi akibat rekristalisasi dipengaruhi
oleh tekanan-tekanan yang berbeda. Batuan metamorf berlembar kasar disebut
gneis, contohnya granit gneis. Batuan metamorf yang berlembar sedang sampai
halus disebut skis, contohnya mika skis. Batuan metamorf yang berlembar sangat
halus disebut filit, contohnya kuarsa filit. Terdapat juga batuan metamorf yang
tidak berlembar. Batuan metamorf tidak berlembar dibedakan dan diberi nama atas
dasar bahan penyusun utamanya. Contoh batuan metamorf tidak berlembar adalah
amfibolit (banyak mengandung hornblende dan plagioklas), kuarsit (berasal dari
kuarsa), dan marmer (banyak mengandung kalsit atau dolomit). Batuan metamorf tidak berlembar ada yang
mempunyai struktur berbutir, dan disebut granulit.
4.
Bahan Induk
Lain
Selain ketiga jenis batuan tadi terdapat juga abu volkanik dan bahan
organik, sebagai bahan pembentuk tanah. Abu volkan kadang digolongkan juga
sebagai batuan endapan piroklastik.
Begitu juga bahan organik sebagai bahan induk tanah kadang digolongkan
sebagai batuan endapan organik.
Dikarenakan kondisi fisiknya yang tidak padu atau masif, kedua bahan
induk ini lebih sering tidak digolongkan sebagai batuan. Abu volkan adalah bahan letusan volkan yang
disemburkan ke udara dengan ukuran relatif halus. Contoh batuan yang terbentuk
adalah batu apung. Bahan induk organik terbentuk di daerah yang memungkinkan
terjadinya laju akumulasi bahan organik mati lebih cepat daripada laju
dekomposisinya. Hal itu dapat terjadi di
daerah: (1) dataran rendah, daerah depresi, sekitar pantai, daerah pasang
surut, atau (2) daerah pegunungan tinggi dengan aktivitas mikroba terhambat.
Bahan induk organik menghasilkan tanah organik atau tanah gambut. Secara mendasar, pembentukan tanah organik
atau tanah gambut di Indonesia terbentuk dikarenakan akumulasi bahan organik
dalam kondisi jenuh air atau tergenang.
Parent material:
• is crucial for our understanding of processes in the landscape
• is one important factor of soil formation
• influences soil properties
• is important for soil prediction
Sumber :
Jenny, H. (1941). Factors of Soil Formation. New York: McGraw-Hill.
Erickson, Jon. 2001. Rock Formations and Unusual Geologic Structures :
Exploring the Earth Surface, Revised Edition. Facts On File, United States of
America.
0 Komentar