Lahan Kritis
Sumber: (Arianto, 2018)
Sumberdaya lahan memiliki segudang manfaat bagi manusia. Banyak sektor di kehidupan
manusia yang dalam praktiknya bersinggungan secara langsung maupun tidak
langsung dengan lahan, yang paling mencolok adalah dalam sektor pertanian dan
pertambangan. Dewasa ini, untuk memenuhi kebutuhan manusia, banyak lahan yang
terlalu dieksploitasi penggunaannya. Pemanfaatan lahan yang berlebihan tersebut
dapat mengakibatkan turunnya kualitas lahan. Menurunnya kualitas lahan
berdampak buruk bagi kehidupan manusia, mengingat fungsinya yang sangat
krusial. Selain itu, mengingat Indonesia yang terletak di pertemuan tiga
lempeng aktif dan salah satu negara yang dilewati oleh cincin api pasifik
mengakibatkan Indonesia rawan terjadi bencana, seperti gempa, gunung meletus,
dan tanah longsor.
Menurunnya
kualitas lahan akibat pemanfaatan oleh manusia maupun bencana, memerlukan suatu
upaya untuk menjaga kualitas lahan agar dapat terus dimanfaatkan oleh manusia.
Terdapat banyak cara untuk menjaga dan mengembalikan kualitas lahan. Salah satu
caranya yaitu dengan melakukan konservasi.

Konservasi
memiliki arti sebagai usaha yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
tanah (Rahman et al., 2013).
Konservasi lahan menjadi bagian penting dalam merawat dan menjaga tanah. Hal
tersebut menyebabkan konservasi tanah menjadi lebih relevan dan sering
dilakukan. Konservasi tanah secara terperinci dijelaskan pada buku Konservasi
Tanah dan Air (2009) karya Sitanala Arsyad, yaitu penempatan setiap bidang
tanah dengan cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah dan memberi
perlakuan sesuai dengan syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan
tanah. Konservasi tanah ini bertujuan untuk memperbaiki tanah yang sudah rusak,
mencegah erosi, dan memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah.
Metode yang digunakan
dalam konservasi tanah dijelaskan dalam buku Ilmu Tanah (2016) oleh Muhajir
Utomo et al., diterangkan bahwa
konservasi tanah memiliki tiga metode, yaitu :
1. Metode
agronomis
Metode
agronomis merupakan salah satu metode konservasi tanah menggunakan tanaman atau
tumbuhan untuk meningkatkan infiltrasi, mengurangi aliran permukaan, dan
menekan erosi. Metode ini berupa rotasi tanaman, penanaman dalam strip,
penanaman tanaman penutup tanah, penanaman pohon, penghijauan, dan reboisasi.
Metode ini merupakan salah satu metode yang murah dan mudah untuk dilakukan.
Metode ini cocok diterapkan pada kawasan konservasi hingga budi daya, dari
daerah bergunung hingga datar, serta dari daerah pedesaan hingga perkotaan.
2. Pengelolaan
tanah
Pengelolaan
tanah merupakan metode dengan menggunakan cara memanipulasi tanah untuk menjaga
dan merawat tanah. Metode ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh erosif dari
hujan dan dengan bersamaan meningkatkan kualitas lahan. Metode ini terdiri dari
penambahan bahan organik seperti pupuk hijau, pupuk kandang, bahan pembenah
tanah, mulsa sisa dari tanaman, dan sistem drainase. Metode ini dapat digunakan
dalam kawasan budidaya yang memiliki topografi datar hingga bergelombang.
3. Metode
mekanik
Metode mekanik adalah metode yang menerapkan perlakukan fisik mekanis atau bangunan yang ditempatkan pada tanah untuk memperlambat aliran permukaan sarta menampung hingga menyalurkan aliran permukaan dengan kekuatan yang sudah direndam agar tidak bersifat merusak. Metode mekanis dapat disebut juga dengan sipil teknis. Istilah ini ada karena metode ini dalam penerapannya berupaya menciptakan fisik lahan atau merekayasa suatu bidang lahan agar sesuai dengan yang dibutuhkan untuk melaksanakan konservasi lahan. Metode ini bertujuan untuk memperbaiki aerasi, memperbesar infiltrasi, dan sebagai penyedia air atau menampung air. Metode mekanik ini berupa sengkedan, teras guludan, pembuatan guludan, rorak, cekdam, dan embung. Metode ini dapat mengurangi dampak erosi dengan efektif dibandingkan metode lainnya, namun metode ini kurang berperan dalam mengurangi emisi gas CO2.
Contoh konservasi vegetatif, dikutip dari fmsrbpsp.com (2019) adalah penghutanan kembali (reforestation), wanatani (agroforestry) termasuk didalamnya adalah pertanaman lorong (alley cropping), tanaman penutup tanah (cover crop), dan penerapan pola tanam termasuk di dalamnya adalah pergiliran tanaman (crop rotation), tumpang sari (intercropping), dan tumpang gilir (relay cropping).

Selain
contoh konservasi secara vegetatif, berikut juga terdapat contoh dari
konservasi mekanik. Contohnya adalah teras, rorak, cekdam, SPA (Saluran Pembuangan
Air), dan BTA (Bangunan Terjunan Air). Pembuatan teras biasanya diterapkan pada
lahan yang miring dengan jenis antara lain teras kredit, teras gulud, teras
bangku, dan teras individu (dispertan.bantenprov.go.id, 2019).

Dikutip dari Kurniawati et al., (2020), bahwasannya di salah satu kawasan di sebelah Selatan Kota Semarang, yaitu Kelurahan Srondol Kulon yang terletak di DAS Kaligarang dengan karakteristik perbukitan membuat wilayah tersebut rentan terkena bencana tanah longsor. Selain itu, perubahan tata guna lahan dari hutan ke pemukiman memperbesar resiko terjadinya longsor. Untuk mengatasi dan meminimalisir kerusakan lahan akibat longsor tersebut kemudian dilakukan upaya konservasi lahan. Konservasi yang dilakukan adalah secara mekanis dan vegetatif sebagai tindakan untuk mencegah bencana longsor. Tindakan konservasi lainnya adalah pembangunan talud pada daerah-daerah yang rawan longsor, membongkar perkerasan halaman dan menggantinya dengan vegetasi akar dalam, melakukan penghijauan pada lahan-lahan yang gundul, mengeruk sedimentasi drainase, serta membongkar drainase tertutup agar aliran air dapat efektif masuk ke dalam saluran drainase.
Sumber Referensi :
Arianto.
2018. Kalsel rehabilitasi lahan kritis seluas 200 hektare. https://kalsel.antaranews.com/amp/berita/65775/kalsel-rehabilitasi-lahan-kritis-seluas-200-hektare.
Diakses pada 16 Agustus 2022.
Arsyad, S.
2009. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.
Balittanah
Kementrian Pertanian. 2020. Teknologi Pengelolaan Tanah Mendukung Usaha Tani
Produktif dan Berkelanjutan. Balai Penelitian Tanah, Bogor.
bpbd.semarangkota.go.id.
2020. Longsor di Jalan Pucung Perbalan Raya Rt 03 Rw X, Kelurahan Srondol
Kulon, Kecamatan Banyumanik. https://bpbd.semarangkota.go.id/detailpost/longsor-di-jalan-pucung-perbalan-raya-rt-03-rw-x-kelurahan-srondol-kulon-kecamatan-banyumanik.
Diakses pada 15 Agustus 2022.
dispertan.bantenprov.go.id.
2019.Teknik Konservasi Mekanik dan Vegetatif untuk Pertanian Organik. https://dispertan.bantenprov.go.id/lama/read/artikel/1019/Teknik-Konservasi-Mekanik-dan-Vegetatif-untuk-Pertanian-Organik.html.
Diakses pada 16 Agustus 2022.
fmsrbpsp.com.
2019. Konservasi Tanah. http://www.fmsrbpsp.com/berita/detail/konservasi-tanah.
Diakses pada 15 Agustus 2022.
geologinesia.com.
2018. Pengertian dan Upaya Melakukan Konservasi Tanah. https://www.geologinesia.com/2018/01/konservasi-tanah.html?m=1.
Diakses pada 16 Agustus.
Kurniati,
R., W. Kurniawati, D. I. K. Dewi, dan N. A. Ferawati. 2020. Konservasi Lahan
Rawan Longsor di RW 9 Kelurahan Srondol Kulon, Kecamatan Banyumanik, Semarang.
Jurnal Arsitektur ZONASI. 3(3): 309-317.
Rahman,
M. M., D. Harisuseno, dan D. Sisinggih. Studi Penanganan Konservasi Lahan Di
Sub Das Keduang Das Bengawan Solo Kabupaten Wonogiri. Jurnal Teknik Pengairan:
Journal of Water Resources Engineering. 3(2): 250-257.
Utomo, M.,
Sudarsono, B. Rusman, T. Sabrina, J. Lumbanraja, dan Wawan. 2016. Ilmu Tanah.
Kencana, Jakarta
Wahyudi.
2014. Teknik Konservasi Tanah serta Implementasinya pada Lahan Terdegradasi
dalam Kawasan Hutan. Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan. 6(2): 71-85.
1 Komentar
bags
BalasHapus