Tanah bengkah (Cracking) merupakan sebuah fenomena yang terjadi pada tanah,dimana tanah mengalami keretakan akibat terjadinya kekeringan yang cukup tinggi pada suatu bidang lahan. Tanah bengkah umumnya terjadi pada saat musim kemarau yang berkepanjangan, yang menyebabkan kadar lengas pada tanah menjadi terbatas dan menyebabkan menurunnya kelembaban tanah. Pada suatu jenis tanah tertentu, cracking dapat terjadi karena adanya sifat vertic yang umumnya dimiliki oleh jenis tanah vertisol. Tanah vertisol adalah salah satu ordo dalam taksonomi tanah yang jika terkena air akan mengembang dan jika kering akan mengkerut, keras, dan bahkan akan retak (Masria et al., 2015). Sifat kembang kerut yang dimiliki tanah vertisol juga dapat memicu terjadinya fenomena lain, seperti pencampuran vertikal (pedoturbation), geser lateral, pembentukan retak, slickensides dan gilgai.
Sumber: (Alden, 2019)
Vertisol mempunyai sifat kembang kerut yang tinggi sehingga dapat menimbulkan masalah dalam pengelolaan dan menyebabkan bangunan rumah yang ada di atasnyan cepat mengalami keretakan. Sifat kembang kerut tanah Vertisol menyebabkan permukaan tanah bergelombang, retak, pecah, dan terbelah. Faktor pembatas tanah vertisol terletak pada ketersediaan air. Menurut Prasetyo (2007), menyatakan bahwa pada kondisi basah tanah menjadi sangat lengket, plastis, dan keadp air. Pada kondisi kering, tanah vertisol padat, pejal, keras, dan massif membentuk pola prisma yang terpisahkan oleh rekahan. Vertisol lebih dominan ke tekstur liat sehingga tanahnya retak saat musim kemarau dan mengembang saat musim hujan.
Menurut Masria (2015), vertisol merupakan salah satu jenis tanah yang cukup baik dan berpotensi untuk dijadikan lahan pertanian. Tanah vertisol memiliki tingkat kesuburan yang cukup baik yang ditandai dengan kapasitas tukar kation tinggi, kejenuhan basa relative besar, kapasitas mengikat air yang tinggi dan pH tanah yang netral sampai alkali berkisar 6-8,5. Akan tetapi kekurangan dari tanah vertisol ini yaitu ketersediaan air bagi tanaman yang terbatas sehingga mudah terjadi cracking. Menurut Utomo (2016), cara mengatasi tanah yang cracking pada lahan pertanian agar produktivitasnya tetao berangsung dapat dilakukan beberapa cara, antara lain:
1. Menambahkan
pupuk kandang
Pupuk
kendang yang mengandung nitrogen, fosfor, dan kalium setelah melalui proses
pematangan dan fermentasi ini mudah diserap tanah dan tanaman serta mengandung
mikroba aktif yang memperbaiki kondisi tanah..
2. Menambahkan kompos
Kompos
sangat baik untuk digunakan di tanah kering karena mengandung rasio C/N yang
sesuai untuk menyuburkan tanah.
3.Integrasi dengan
beternak
Kotoran dari hewan
ternak dapat dijadikan sebagai pupuk kendang atau materi organic lainnya
seghingga dapat menyuburkan tanah di tanah kering.
4. Menambahkan
kotoran cacing
Kotoran
cacing digunakan untuk menggemburkan tanah karena cacing dapat membentuk
struktur tanah secara mekanik dan mempercepat penyerapan nutrisi ke dalam tanah
dan pada tanaman dengan mengubah bahan organik menjadi kotoran cacing.
5. Membuat tutupan
hijau (green manure)
Ilalang akan
menjadi materi organic yang menyuburkan tanah Ketika ilalang ditanam di tanah
tandus dan mati
6. Menambahkan
serabut dan abu gergaji
Bahan ini cocok untuk menambah nitrogen tanah karena mengandung sekitar 3% nitrogen. Selain itu abu gergaji untuk mengoreksi pH, yaitu menaikan pH pada tanah yang pH-nya asam.
7. Mengganti tanaman secara periodik
Pergantian tanaman ini bertujuan agar tanah tidak jenuh atau tandus dan untuk mengisi kembali tanah dengan nutrisi terutama nitrogen.
Referensi:
Alden, A. 2019. Gallery of Slickenslides. https://www.thoughtco.com/gallery-of-slickensides-4122857.
Diakses tanggal 6 Mei 2021
Altheron. 2018. Gilgai. https://alchetron.com/Gilgai. Diakses
tanggal 6 Mei 2021.
Arif, S. 2021. Banyak Jalan Rusak,
Warga Blitar Kompak Bikin Sindiran Wisata Jeglongan Sewu. https://daerah.sindonews.com/read/372864/704/banyak-jalan-rusak-warga-blitar-kompak-bikin-sindiran-wisata-jeglongan-sewu-1616418234.
Diakses tanggal 6 Mei 2021
Masria., C. Lopulisa., H. Zubir.,
dan B. Rasyid. 2015. Jenis mineral dan sifat kimia tanah vertisol hasil
pelapukan batuan gamping di Kabupaten Jeneponto. PARTNER 24(2): 879-887
Prasetyo, B. H. 2007. Perbedaan
sifat-sifat tanah vertisol dari berbagai bahan induk. Jurnal Ilmu-Ilmu
Pertanian Indonesia 9(1): 20-31
Rahmad. 2018. Tanah tanaman padi di
Aceh retak- retak akibat curah hujan berkuran. https://news.okezone.com/view/2018/02/11/1/47254/tanah-tanaman-padi-di-aceh-retak-retak-akibat-curah-hujan-berkurang.
Diakses tanggal 6 Mei 2021.
0 Komentar