MACAM -MACAM BATUAN
Secara umum batuan dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu : Batuan Beku, Batuan Sedimen, dan Batuan Metamorf. Proses perubahan dari satu kelompok batuan ke kelompok batuan lainnya disebut siklus batuan.
A. Batuan Beku
Batuan beku (igneous rock) terbentuk ketika magma merah yang panas muncul dari lapisan mantel bumi. Magma tersebut akan mendingin dan mengeras di atas permukaan kerak bumi sebagai batuan ekstrusif (vulkanis) maupun di bawah permukaan kerak bumi sebagai batuan intrusif (plutonik). Kata igneous berasal dari bahasa latin yang berarti menyala atau membara (Taylor, 2005). Magma naik ke permukaan bumi melalui gunung berapi, dengan memiliki panas hingga lebih dari 1000°C (1830°F). Magma yang ada di permukaan bumi dinamakan lava. Lava mendingin lalu menjadi batuan beku ekstrusif, seperti basalt, riolit, dan andesit. Selain itu, adapula magma yang sudah mendingin sebelum sampai di permukaan bumi, magma tersebut nantinya akan membeku dan akan membentuk batuan beku intrusif, misalnya granit, gabro, dan peridotit (Taylor, 2005).
Batuan Beku
Ekstrusif |
||
Batu Basalt |
|
Batu Andesit |
Batuan Beku Intrusif |
||
Batu Granit |
Batu Gabro |
Batu Peridotit |
(Noor, 2012).
B. Batuan
Sedimen
Batuan sedimen (sedimentary rock) terbentuk karena adanya proses pengendapan dari hasil proses pelapukan dan juga erosi tanah yang telah terbawa arus, endapan tersebut kemudian dilanjutkan dengan proses pembatuan atau litifikasi (Zakri et al., 2020). Pengelompokkan batuan sedimen menurut Pettijohn (1975), membagi batuan sedimen ini menjadi 2 kelompok besar berdasarkan teksturnya, yaitu batuan sedimen klastik dan non-klastik.
1. Batuan Sedimen klastik
Batuan sedimen yang terbentuk
dari akumulasi hancuran bebatuan (klastika) yang telah ada sebelumnya melalui
pelapukan, erosi, transportasi dan pengendapan kembali. Contoh
dari batuan sedimen klastika ini antara lain batu breksi, konglomerat, batu
lempeng, dan juga batu pasir (Pettijohn, 1975).
Batu Konglomerat |
Batu Breksi |
Batu Lempeng |
Batu Pasir |
(Zuhdi, 2019).
2. Batuan
Sedimen Non-klastik
Batuan
sedimen yang terbentuk melalui proses kimiawi, organik, ataupun kombinasi
antara keduanya. Proses yang merupakan kombinasi dari keduanya ini disebut
dengan biokimia. Sebagai contoh dari batuan sedimen non klastik adalah batu
karang, endapan rijang, gypsum, dan batu bara (Pettijohn, 1975).
Batu Karang |
Batu Endapan
Rijang |
Batu Gypsum |
Batu Bara |
(Zuhdi, 2019).
C. Batuan Metamorf
Batuan metamorf berasal dari batuan beku atau batuan sedimen yang mengalami perubahan bentuk (rekristalisasi) sebagai akibat dari perubahan lingkungan fisiknya. Pembentukan batuan metamorf berlangsung dalam keadaan padat, akibat pengaruh peningkatan suhu dan tekanan, atau pengaruh kedua-duanya yang disebut proses metamorfisme dan berlangsung di bawah permukaan. Kata metamorfisme diambil dari bahasa Yunani yang artinya "perubahan bentuk". Beberapa tipe metamorfisme, diantaranya :
1. Metamorfisme Hidrotermal, perubahan akibat aktivitas air panas yang intens.
2.Metamorfisme Dinamis, perubahan ketika tekanan atau stres yang diarahkan adalah agen metamorfisme yang dominan.
3. Metamorfisme Kontak, perubahan yang diakibat oleh intrusi magma panas ke batuan sekitarnya yang lebih dingin.
4. Metamorfisme Regional, perubahan yang diakibat oleh oleh gerakan tektonik skala besar dari lempeng litosfer bumi yang mengubah kondisi tekanan-suhu batuan (Rafferty, 2012).
Tekstur batuan metamorf ditentukan dari bentuk kristal dan hubungan antar butiran mineral, tekstur batuan metamorf dibagi menjadi 2, yaitu Homeoblastik dan Heteroblastik. Homeoblastik terdiri dari Lepidoblastik (mineral-mineral pipih dan sejajar), Nematoblastik (bentuk menjarum dan sejajar) dan Granoblastik (berbentuk butir). Sedangkan Heteroblastik, terdiri dari kombinasi tekstur homeoblastik, contohnya Porfiroblastik (apabila terdapat mineral yang ukurannya lebih besar tersebut sering disebut porphyroblasts).
Struktur batuan metamorf berorientasi pada foliasi, foliasi merupakan tekstur yang memperlihatkan orientasi kesejajaran atau penyusunan mineral . Secara umum struktur batuan metamorf dibagi menjadi 2 yaitu foliasi dan non foliasi. Struktur Foliasi menunjukkan batuan yang memiliki kenampakan berlapis, contohnya Batu sabak (Slate), Sekis (Schist), Filit (Phyllite), Gneis (Gneiss). Sedangkan Struktur Non-Foliasi menunjukkan batuan yang tidak memiliki kenampakan berlapis, contohnya Batu Kuarsit, Marmer, Milonit, Serpetinit.
Contoh Batuan Metamorf
Berstruktur Foliasi |
|||
Batu sabak (Slate) |
Sekis (Schist) |
Filit (Phyllite) |
Gneis (Gneiss) |
Contoh Batuan Metamorf
Berstruktur Non-Foliasi |
|||
Marmer |
|
|
Serpetinit. |
(Zuhdi,
2019).
Referensi
Pettijohn, F. J.
1975. Sedimentary rocks (Vol. 3). Harper & Row, New York.
Rafferty,
J. P. 2012. Rocks. Britannica Educational Publishing. New York.
Noor, D. 2012.
Pengantar Geologi Edisi Kedua. Pakuan University Press, Bogor.
Taylor, B.
2005. Batuan, mineral dan fosil. Penerbit Erlangga.
Tim Pengampu Mata Kuliah Geologi Umum.
2017. Buku Panduan Praktikum Geologi Umum. Program Studi Geofisika. Universitas
Tanjungpura.
Zakri, R. S., Prengki, I., & Saldy, T. G.
2020. Hubungan Kuat Tekan Uniaksial dan Kuat Tarik Tidak Langsung Pada Batuan
Sedimen Dengan Nilai Kuat Tekan Rendah. Bina Tambang, 5(3),
59-70.
Zuhdi, M. 2019. Buku
Ajar Pengantar Geologi. Penerbit Duta Pustaka Ilmu, Mataram.
0 Komentar